e-media.co.id – Dalam pernyataan mengejutkan yang mengguncang panggung politik Israel, mantan panglima militer Israel mengungkapkan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Ia menegaskan bahwa Netanyahu bukan pelindung Zionisme, melainkan justru menjadi ancaman bagi eksistensi ideologi yang telah lama menjadi fondasi negara Israel.
Pernyataan ini mencerminkan semakin dalamnya krisis internal yang dihadapi Israel, tidak hanya dalam konteks konflik eksternal, tetapi juga dalam dinamika politik domestik yang semakin terpecah.
Kritik Pedas dari Kalangan Militer
Mantan Panglima Angkatan Pertahanan Israel (IDF), Letnan Jenderal (Purn.) Dan Halutz, menyebut bahwa kepemimpinan Netanyahu telah mengikis nilai-nilai dasar Zionisme. Halutz, yang dikenal sebagai tokoh militer senior dengan pengalaman luas dalam berbagai operasi militer besar Israel, menyampaikan bahwa langkah-langkah Netanyahu telah mendorong negara ke arah otoritarianisme dan menjauh dari prinsip-prinsip demokrasi yang menjadi bagian dari visi awal pendiri Israel.
“Zionisme sejati adalah tentang keamanan, keberlanjutan, dan moralitas. Tapi yang terjadi di bawah Netanyahu justru sebaliknya. Ia membiarkan fanatisme tumbuh, merusak institusi hukum, dan memecah belah rakyat,” tegas Halutz dalam wawancara eksklusif dengan media lokal.
Reformasi Yudisial yang Kontroversial
Salah satu isu yang menjadi pusat perhatian adalah reformasi sistem peradilan yang diusulkan Netanyahu. Banyak kalangan, termasuk veteran militer, akademisi, dan kelompok masyarakat sipil, menilai reformasi ini sebagai bentuk pelemahan demokrasi.
Para kritikus menganggap bahwa upaya Netanyahu untuk mengontrol Mahkamah Agung Israel akan membuka jalan bagi kekuasaan absolut, yang bertentangan dengan semangat Zionisme demokratis yang memperjuangkan keadilan sosial, pemerintahan yang bersih, dan supremasi hukum.
Zionisme dalam Krisis Identitas
Zionisme, yang awalnya merupakan gerakan pembebasan nasional Yahudi untuk mendirikan negara sendiri, kini berada dalam perdebatan identitas. Para pendukung garis keras menginginkan kebijakan yang lebih ekstrem terhadap Palestina dan pemukiman di Tepi Barat, sementara kalangan moderat menginginkan pendekatan damai dan berkelanjutan.
Netanyahu, yang dikenal sebagai tokoh sayap kanan, dituduh memperburuk perpecahan ini demi kepentingan politik jangka pendek. Menurut Halutz dan sejumlah pengamat, sikap Netanyahu yang cenderung oportunis telah menciptakan kondisi yang mengancam masa depan proyek Zionisme itu sendiri.
Respons dari Pemerintah
Pihak Netanyahu merespons kritik tersebut dengan menyebutnya sebagai “serangan politik yang tidak berdasar.” Kantor Perdana Menteri menyatakan bahwa Netanyahu adalah pemimpin yang paling berpengalaman dalam menjaga keamanan Israel dan telah membuktikan kemampuannya dalam menghadapi tantangan regional, termasuk ancaman dari Iran dan kelompok militan di Gaza.
Namun, pernyataan ini tidak cukup untuk meredam kekhawatiran banyak kalangan. Demonstrasi massal yang menentang kebijakan Netanyahu masih terus berlanjut, menandakan adanya krisis kepercayaan yang semakin dalam.
Dukungan Internasional Mulai Goyah
Ketegangan politik di dalam negeri juga mulai merembet ke luar negeri. Beberapa sekutu dekat Israel, termasuk Amerika Serikat, mengungkapkan kekhawatiran terhadap arah kebijakan Israel di bawah Netanyahu. Mereka menyoroti pentingnya menjaga sistem demokrasi dan mendorong Israel untuk tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip hukum internasional dan hak asasi manusia.
Penutup: Masa Depan Zionisme di Persimpangan Jalan
Pernyataan eks Panglima Militer Israel seperti Dan Halutz menjadi peringatan keras bahwa masalah yang dihadapi Israel bukan hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam. Kepemimpinan yang gagal menjaga nilai-nilai dasar Zionisme bisa menjadi ancaman nyata terhadap masa depan negara tersebut.
Kini, masyarakat Israel dihadapkan pada pilihan besar: mempertahankan demokrasi dan nilai-nilai moral yang menjadi fondasi negara, atau menyerah pada kekuasaan yang semakin otoriter. Dalam konteks ini, pernyataan Halutz menjadi suara yang menggema—bahwa untuk menyelamatkan Zionisme, mungkin Netanyahu harus disingkirkan dari panggung politik.