e-media.co.id – Dalam beberapa tahun terakhir, kedokteran nuklir menjadi sorotan sebagai salah satu terobosan menjanjikan dalam pengobatan kanker. Teknologi ini memanfaatkan zat radioaktif untuk mendeteksi dan menghancurkan sel kanker secara lebih presisi dibanding metode konvensional.
Berbeda dengan terapi radiasi eksternal, kedokteran nuklir bekerja dari dalam tubuh. Radiofarmaka—zat radioaktif yang dirancang khusus—disuntikkan ke dalam tubuh dan secara selektif menargetkan sel kanker. Hal ini meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya, yang kerap menjadi kendala utama dalam terapi kanker lainnya.
Transisi dari metode konvensional ke pendekatan nuklir membuka peluang besar bagi pasien kanker stadium lanjut yang sulit diobati. Salah satu contoh aplikasinya adalah terapi radionuklida untuk kanker tiroid dan kanker prostat metastatik. Hasil studi menunjukkan peningkatan harapan hidup dan kualitas hidup pasien setelah menjalani terapi ini.
Selain untuk pengobatan, kedokteran nuklir juga sangat efektif dalam diagnosis. Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) memungkinkan dokter mendeteksi kanker lebih awal dan merencanakan terapi yang lebih akurat.
Meski teknologi ini belum merata di seluruh fasilitas kesehatan, perkembangan infrastruktur dan peningkatan tenaga medis terlatih membawa harapan besar. Kedokteran nuklir bukan lagi sekadar alternatif, melainkan bagian dari masa depan pengobatan kanker yang lebih personal dan efektif.
Dengan semakin banyaknya penelitian dan dukungan dari berbagai pihak, kedokteran nuklir berpotensi menjadi andalan utama dalam perang melawan kanker.