Konflik Nagorno-Karabakh: Akar Sejarah, Perseteruan Terkini, dan Dampak Global
e-media.co.id – Konflik Nagorno-Karabakh, sebuah sengketa wilayah yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara Azerbaijan dan Armenia, kembali memanas dalam beberapa tahun terakhir. Perseteruan ini bukan hanya tentang perebutan wilayah, tetapi juga menyangkut identitas, sejarah, dan keamanan nasional bagi kedua negara. Konflik ini memiliki akar sejarah yang kompleks, diperparah oleh dinamika geopolitik regional dan internasional, serta membawa dampak kemanusiaan yang signifikan bagi penduduk sipil.
Akar Sejarah yang Rumit
Nagorno-Karabakh, atau Artsakh dalam bahasa Armenia, adalah wilayah pegunungan yang terletak di dalam wilayah Azerbaijan, tetapi mayoritas penduduknya adalah etnis Armenia. Akar konflik ini dapat ditelusuri hingga awal abad ke-20, ketika wilayah ini menjadi bagian dari Republik Demokratik Azerbaijan dan Republik Demokratik Armenia yang berumur pendek setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia.
Pada tahun 1920-an, Uni Soviet mengambil alih wilayah Kaukasus Selatan dan menjadikan Nagorno-Karabakh sebagai Oblast Otonomi (wilayah otonomi) di dalam Republik Sosialis Soviet Azerbaijan (Azerbaijan SSR). Keputusan ini, yang dianggap oleh banyak orang Armenia sebagai tindakan tidak adil, menjadi sumber ketegangan yang terus-menerus selama era Soviet.
Ketika Uni Soviet mulai melemah pada akhir 1980-an, gerakan separatis muncul di Nagorno-Karabakh, menuntut penyatuan dengan Armenia. Pada tahun 1988, parlemen regional Nagorno-Karabakh mengeluarkan resolusi yang mendeklarasikan penyatuan dengan Armenia, yang memicu konflik bersenjata skala penuh antara Azerbaijan dan Armenia.
Perang Nagorno-Karabakh pertama berlangsung dari tahun 1991 hingga 1994, yang mengakibatkan kemenangan bagi pasukan Armenia. Armenia tidak hanya menguasai Nagorno-Karabakh, tetapi juga menduduki beberapa wilayah di sekitarnya, yang dikenal sebagai "zona penyangga". Ratusan ribu orang Azerbaijan terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi internal (IDP).
Gencatan Senjata yang Rapuh dan Insiden Kekerasan
Meskipun gencatan senjata ditandatangani pada tahun 1994, konflik Nagorno-Karabakh tidak pernah benar-benar selesai. Insiden kekerasan sporadis terus terjadi di sepanjang Garis Kontak, perbatasan de facto antara Nagorno-Karabakh dan wilayah Azerbaijan yang dikuasai. Upaya mediasi internasional, yang dipimpin oleh Kelompok Minsk OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa), gagal menghasilkan solusi yang langgeng.
Pada bulan April 2016, terjadi eskalasi besar-besaran yang dikenal sebagai "Perang Empat Hari". Kedua belah pihak saling menuduh memulai serangan, dan pertempuran sengit menyebabkan ratusan korban jiwa. Meskipun gencatan senjata baru disepakati, ketegangan tetap tinggi.
Perang Nagorno-Karabakh 2020: Titik Balik
Pada tanggal 27 September 2020, konflik Nagorno-Karabakh kembali meletus dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Azerbaijan, yang didukung oleh Turki, melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali wilayah yang diduduki oleh Armenia.
Berbeda dengan perang sebelumnya, Azerbaijan kali ini memiliki keunggulan militer yang signifikan, terutama dalam hal penggunaan drone dan teknologi militer canggih lainnya. Pasukan Azerbaijan berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah di sekitar Nagorno-Karabakh, termasuk kota-kota penting seperti Jabrayil, Fuzuli, dan Zangilan.
Setelah enam minggu pertempuran sengit, gencatan senjata ditengahi oleh Rusia pada tanggal 9 November 2020. Perjanjian tersebut menetapkan bahwa Azerbaijan akan mempertahankan wilayah yang telah direbutnya selama perang, sementara Armenia setuju untuk menyerahkan wilayah tambahan, termasuk distrik Agdam, Kalbajar, dan Lachin.
Perjanjian gencatan senjata juga mengatur penempatan pasukan penjaga perdamaian Rusia di sepanjang Garis Kontak dan Koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia.
Dampak Kemanusiaan dan Konsekuensi Geopolitik
Konflik Nagorno-Karabakh telah menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa. Ribuan orang tewas atau terluka, dan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Infrastruktur sipil hancur, dan banyak kota dan desa menjadi reruntuhan.
Perang Nagorno-Karabakh 2020 juga memiliki konsekuensi geopolitik yang signifikan. Peran Turki dalam mendukung Azerbaijan meningkatkan pengaruhnya di wilayah Kaukasus Selatan, sementara peran Rusia sebagai penjamin keamanan semakin diperkuat.
Konflik ini juga memengaruhi hubungan antara Armenia dan Azerbaijan. Meskipun gencatan senjata telah mengakhiri pertempuran skala besar, ketegangan tetap tinggi, dan proses perdamaian masih jauh dari selesai.
Masa Depan Nagorno-Karabakh
Masa depan Nagorno-Karabakh masih belum pasti. Meskipun Azerbaijan telah merebut kembali sebagian besar wilayah yang diduduki, status akhir wilayah tersebut masih menjadi sumber perselisihan. Armenia terus menuntut hak penentuan nasib sendiri bagi penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, sementara Azerbaijan menegaskan kedaulatannya atas seluruh wilayah tersebut.
Proses perdamaian akan membutuhkan kompromi dari kedua belah pihak. Azerbaijan harus menjamin hak-hak dan keamanan penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, sementara Armenia harus mengakui kedaulatan Azerbaijan atas wilayah tersebut.
Selain itu, keterlibatan konstruktif dari kekuatan regional dan internasional, seperti Rusia, Turki, dan Amerika Serikat, akan sangat penting untuk mencapai solusi yang langgeng. Masyarakat internasional juga harus memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi dan korban konflik, serta mendukung upaya pembangunan kembali di wilayah tersebut.
Kesimpulan
Konflik Nagorno-Karabakh adalah tragedi yang telah berlangsung selama terlalu lama. Akar sejarah yang kompleks, perseteruan etnis, dan dinamika geopolitik telah berkontribusi pada konflik yang berkepanjangan ini.
Perang Nagorno-Karabakh 2020 telah mengubah lanskap konflik, tetapi tidak menyelesaikan masalah yang mendasarinya. Masa depan Nagorno-Karabakh akan bergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk mengatasi kebencian masa lalu, membangun kepercayaan, dan mencari solusi damai yang menghormati hak-hak dan kepentingan semua pihak.
Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab untuk membantu kedua negara mencapai perdamaian yang langgeng, sehingga wilayah Kaukasus Selatan dapat menikmati stabilitas dan kemakmuran.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang konflik Nagorno-Karabakh.