Perang Teluk 1991: Awal Dominasi AS di Timur Tengah
e-media.co.id – Perang Teluk 1991, yang juga dikenal sebagai Operasi Badai Gurun (Operation Desert Storm), merupakan konflik bersenjata yang monumental, menandai awal era baru dominasi Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah. Perang ini bukan hanya tentang pembebasan Kuwait dari pendudukan Irak, tetapi juga tentang proyeksi kekuatan AS secara global, penataan ulang peta politik regional, dan konsekuensi jangka panjang yang masih terasa hingga kini.
Latar Belakang: Invasi Kuwait dan Resolusi PBB
Akar permasalahan Perang Teluk dapat ditelusuri hingga 2 Agustus 1990, ketika Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein menginvasi dan menduduki Kuwait. Tindakan ini dikecam secara luas oleh komunitas internasional. Saddam Hussein mengklaim bahwa Kuwait adalah bagian integral dari Irak, yang secara historis merupakan provinsi Irak yang dipisahkan oleh kekuatan kolonial. Selain itu, Irak menuduh Kuwait melakukan "pengeboran miring" untuk mencuri minyak Irak dan melampaui kuota produksi minyak yang disepakati oleh OPEC, yang merugikan perekonomian Irak yang tengah berjuang setelah perang panjang dengan Iran.
Invasi Kuwait mengancam stabilitas kawasan dan pasokan minyak global. Hal ini memicu serangkaian resolusi Dewan Keamanan PBB, yang menuntut penarikan pasukan Irak dari Kuwait tanpa syarat. Resolusi 678, yang disahkan pada 29 November 1990, memberikan Irak tenggat waktu hingga 15 Januari 1991 untuk menarik diri. Jika tidak, negara-negara anggota PBB diizinkan untuk menggunakan "segala cara yang diperlukan" untuk memaksa Irak mematuhi resolusi tersebut.
Koalisi Internasional dan Operasi Badai Gurun
Di bawah kepemimpinan AS, sebuah koalisi internasional yang terdiri dari 39 negara dibentuk. Koalisi ini mengerahkan kekuatan militer yang besar ke kawasan Teluk Persia, dengan kontingen terbesar berasal dari AS, Inggris, Arab Saudi, dan Mesir. Tujuan utama koalisi adalah untuk memaksa Irak keluar dari Kuwait dan memulihkan kedaulatan negara tersebut.
Operasi Badai Gurun dimulai pada 17 Januari 1991 dengan kampanye udara besar-besaran. Pesawat-pesawat tempur koalisi membombardir target-target militer dan infrastruktur Irak, termasuk pusat komando, fasilitas komunikasi, pabrik senjata, dan lapangan terbang. Kampanye udara ini bertujuan untuk melumpuhkan kemampuan militer Irak dan membuka jalan bagi serangan darat.
Selain kampanye udara, koalisi juga melancarkan operasi laut yang signifikan. Kapal-kapal perang koalisi memblokade perairan Irak dan menghancurkan kapal-kapal angkatan laut Irak. Pasukan khusus juga dikerahkan untuk melakukan operasi pengintaian dan sabotase di wilayah Irak.
Serangan Darat: 100 Jam yang Menentukan
Setelah lebih dari sebulan kampanye udara yang intensif, koalisi melancarkan serangan darat pada 24 Februari 1991. Serangan darat ini dirancang untuk mengepung dan menghancurkan pasukan Irak di Kuwait dan Irak selatan. Pasukan koalisi, yang dilengkapi dengan teknologi canggih dan taktik modern, dengan cepat mengalahkan pasukan Irak yang kelelahan dan kekurangan peralatan.
Serangan darat berlangsung hanya 100 jam. Pada 28 Februari 1991, Presiden AS George H.W. Bush mengumumkan gencatan senjata, menyatakan bahwa Kuwait telah dibebaskan. Pasukan Irak mundur dari Kuwait dalam kekacauan, meninggalkan banyak peralatan militer mereka. Ribuan tentara Irak tewas atau ditangkap.
Konsekuensi Perang Teluk: Dominasi AS dan Dampak Regional
Perang Teluk 1991 memiliki konsekuensi yang luas dan jangka panjang bagi kawasan Timur Tengah dan dunia secara keseluruhan.
- Dominasi AS: Perang ini secara tegas menegaskan dominasi AS sebagai kekuatan militer global. Keberhasilan koalisi yang dipimpin AS dalam mengalahkan Irak menunjukkan kemampuan AS untuk memproyeksikan kekuatan ke seluruh dunia dan memobilisasi dukungan internasional untuk tujuan-tujuan kebijakannya.
- Presensi Militer AS: Perang Teluk membuka jalan bagi kehadiran militer AS yang lebih besar dan permanen di kawasan Teluk Persia. AS membangun pangkalan-pangkalan militer di sejumlah negara di kawasan itu dan menjalin hubungan keamanan yang lebih erat dengan negara-negara sekutu.
- Sanksi Terhadap Irak: Setelah perang, PBB memberlakukan sanksi ekonomi yang ketat terhadap Irak. Sanksi ini bertujuan untuk memaksa Irak untuk menghancurkan senjata pemusnah massalnya dan mematuhi resolusi-resolusi PBB lainnya. Namun, sanksi tersebut juga menyebabkan penderitaan ekonomi yang meluas di kalangan rakyat Irak.
- Kebangkitan Islamisme: Perang Teluk dan kehadiran militer AS di kawasan itu memicu kebangkitan gerakan-gerakan Islamis di seluruh Timur Tengah. Beberapa kelompok Islamis melihat AS sebagai kekuatan asing yang campur tangan dalam urusan internal negara-negara Muslim.
- Masalah Palestina: Perang Teluk mengalihkan perhatian dari masalah Palestina dan proses perdamaian Israel-Palestina. Hal ini memungkinkan Israel untuk melanjutkan kebijakan pendudukan dan pembangunan permukiman di wilayah-wilayah pendudukan.
- Perpecahan Regional: Perang Teluk memperdalam perpecahan regional antara negara-negara Arab. Beberapa negara Arab, seperti Arab Saudi dan Mesir, mendukung koalisi yang dipimpin AS, sementara negara-negara lain, seperti Yordania dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), tetap netral atau bahkan bersimpati kepada Irak.
- Perang Irak 2003: Perang Teluk 1991 meletakkan dasar bagi Perang Irak 2003. Pemerintahan George W. Bush menggunakan dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak sebagai alasan untuk menginvasi negara itu pada tahun 2003.
Kesimpulan
Perang Teluk 1991 adalah titik balik dalam sejarah Timur Tengah dan hubungan internasional. Perang ini menandai awal era dominasi AS di kawasan itu dan memiliki konsekuensi yang luas dan jangka panjang. Meskipun perang ini berhasil membebaskan Kuwait, namun juga memicu serangkaian peristiwa yang berkontribusi pada ketidakstabilan dan konflik di Timur Tengah hingga saat ini. Dominasi AS yang dimulai pada tahun 1991 terus membentuk dinamika politik, ekonomi, dan keamanan di kawasan tersebut, dan warisan Perang Teluk masih terasa hingga kini. Memahami akar dan konsekuensi Perang Teluk 1991 sangat penting untuk memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Timur Tengah dan dunia saat ini.