e-media.co.id – China telah mengembangkan proyek ambisius yang dikenal sebagai “Tembok Hijau” untuk mengatasi masalah erosi dan memperbaiki kondisi lingkungan di daerah gurun, terutama di Gurun Taklimakan. Dimulai pada tahun 1978, tujuan utama proyek ini adalah untuk menanam pohon-pohon untuk mencegah pasir berpindah dan mengurangi dampak buruk perubahan iklim.
Namun, meskipun proyek ini telah berhasil dalam beberapa aspek, seperti pengurangan erosi dan pengendalian gurun, hasilnya juga menimbulkan masalah ekologis baru. Penanaman pohon monokultur yang masif, seperti pohon akasia dan pinus, mengancam keberagaman hayati setempat, mengurangi kualitas tanah, dan mengubah habitat alami bagi banyak spesies.
Selain itu, penggunaan air yang sangat banyak untuk menyirami pohon-pohon ini memperburuk krisis air di kawasan yang sudah kering. Sumber daya alam yang terbatas dipaksa untuk menopang kehidupan pohon-pohon yang tidak sepenuhnya cocok dengan ekosistem gurun.
Proyek Tembok Hijau ini, meskipun berlandaskan niat baik untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan erosi tanah, menunjukkan bahwa solusi besar terkadang bisa menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks dan mendalam, yang membutuhkan perhatian lebih untuk menjaga keseimbangan ekologi yang lebih holistik.