e-media.co.id – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kembali memanas setelah mantan Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan ultimatum keras terhadap Teheran. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa AS tidak akan tinggal diam jika Iran terus menunjukkan sikap agresif di Timur Tengah.
Pernyataan Trump ini muncul setelah meningkatnya aktivitas militer Iran di kawasan Teluk Persia dan dugaan serangan terhadap kepentingan AS serta sekutunya. Ia menekankan bahwa jika Iran melakukan provokasi lebih lanjut, maka “respons AS akan sangat cepat dan menghancurkan.”
Teheran pun langsung merespons. Melalui juru bicara pemerintah, Iran menyatakan tidak akan tunduk terhadap tekanan atau ancaman dari Washington. Pemerintah Iran menilai pernyataan Trump sebagai bentuk provokasi politik yang hanya memperkeruh situasi kawasan. “Kami tidak akan pernah menyerah pada tekanan asing, termasuk dari AS,” tegas perwakilan Kementerian Luar Negeri Iran.
Ketegangan ini mengingatkan kembali pada masa-masa genting hubungan Iran–AS di era pemerintahan Trump sebelumnya, ketika AS keluar dari perjanjian nuklir (JCPOA) dan memberlakukan sanksi ekonomi berat terhadap Iran.
Para analis menilai eskalasi ini bisa berdampak pada stabilitas regional, termasuk ancaman terhadap jalur distribusi minyak dunia yang melalui Selat Hormuz. Sementara itu, masyarakat internasional mendesak kedua negara menahan diri dan kembali ke meja perundingan.