e-media.co.id – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, kembali mengingatkan seluruh pihak untuk tetap waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meskipun data terbaru menunjukkan penurunan jumlah titik panas (hotspot) di sejumlah wilayah rawan.
Menurut data Kementerian LHK yang dirilis pekan ini, jumlah hotspot menurun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, Menteri Siti menegaskan bahwa tren penurunan ini tidak boleh membuat masyarakat maupun pemerintah daerah lengah.
“Memang jumlah hotspot menurun, tapi kondisi cuaca yang kering dan angin kencang masih sangat memungkinkan terjadinya kebakaran lahan. Antisipasi tetap harus dilakukan secara serius,” ujar Menteri Siti dalam konferensi pers, Senin (19/5/2025).
Penurunan Hotspot Bukan Jaminan
Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua yang dikelola oleh BMKG, jumlah hotspot di Sumatera dan Kalimantan mengalami penurunan hingga 40% dibandingkan Mei 2024. Meski begitu, sejumlah wilayah seperti Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah masih dikategorikan berisiko tinggi karena curah hujan mulai berkurang menjelang musim kemarau.
Menteri Siti menekankan bahwa penurunan hotspot tidak selalu mencerminkan pengurangan risiko secara menyeluruh. Ia mengingatkan bahwa banyak kebakaran lahan terjadi secara tiba-tiba dan cepat meluas, terutama di lahan gambut yang mudah terbakar saat kering.
Peran Penting Pemerintah Daerah dan Masyarakat
Mengantisipasi hal ini, Menteri LHK menginstruksikan kepada seluruh kepala daerah, terutama di wilayah rawan, untuk mengaktifkan kembali satuan tugas pengendalian karhutla serta memperkuat patroli rutin. Selain itu, perusahaan pemegang izin konsesi juga diingatkan untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam pencegahan kebakaran di wilayah operasional mereka.
Tak hanya pemerintah, keterlibatan masyarakat juga dinilai sangat penting. Edukasi kepada petani dan warga sekitar hutan mengenai bahaya membakar lahan perlu terus ditingkatkan. Praktik membuka lahan dengan cara membakar, meskipun dianggap lebih murah, sangat berisiko dan bisa menimbulkan bencana lingkungan serta kerugian ekonomi yang besar.
Potensi El Niño Masih Jadi Ancaman
Transisi musim juga menjadi faktor penting yang terus dipantau. BMKG menyebutkan bahwa peluang terjadinya El Niño lemah masih ada, yang dapat memperpanjang musim kemarau di beberapa wilayah. Dalam kondisi tersebut, risiko karhutla otomatis meningkat, meskipun saat ini data hotspot menurun.
Untuk itu, koordinasi lintas sektor menjadi kunci. Kementerian LHK, BNPB, TNI-Polri, serta pemerintah daerah diharapkan terus bersinergi menjaga ekosistem dan mencegah kerusakan akibat kebakaran.
Kesimpulan
Meskipun data menunjukkan penurunan jumlah titik panas, potensi kebakaran hutan dan lahan tetap nyata. Pemerintah dan masyarakat harus tetap siaga, tidak terlena oleh angka statistik semata. Pencegahan dini, edukasi publik, dan penegakan hukum adalah langkah utama menjaga bumi dari bencana yang bisa dicegah.