Konflik Ethiopia-Tigray: Perdamaian atau Gencatan Senjata Semu?

Konflik Ethiopia-Tigray: Perdamaian atau Gencatan Senjata Semu?

e-media.co.id – Konflik antara pemerintah federal Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) telah menjadi tragedi kemanusiaan yang mendalam selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kesepakatan damai telah ditandatangani, pertanyaan mendasar tetap ada: Apakah ini adalah perdamaian sejati yang berkelanjutan, atau hanya gencatan senjata semu yang menutupi bara api konflik yang belum padam?

Latar Belakang Konflik

Konflik ini berakar pada ketegangan politik dan etnis yang telah lama membara di Ethiopia. TPLF, yang pernah mendominasi politik Ethiopia selama hampir tiga dekade, merasa terpinggirkan setelah Abiy Ahmed menjadi Perdana Menteri pada tahun 2018. Abiy, yang berasal dari kelompok etnis Oromo, melakukan reformasi politik dan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh TPLF dan mempromosikan persatuan nasional.

Namun, reformasi ini justru memicu perlawanan dari TPLF, yang merasa kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya. Ketegangan mencapai puncaknya pada November 2020, ketika pemerintah federal menuduh TPLF menyerang pangkalan militer federal di Tigray. Sebagai tanggapan, Abiy Ahmed melancarkan operasi militer terhadap TPLF, yang dengan cepat berubah menjadi konflik bersenjata yang meluas.

Dampak Kemanusiaan yang Mengerikan

Konflik ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Tigray dan wilayah sekitarnya. Ribuan orang tewas, jutaan lainnya mengungsi, dan infrastruktur hancur lebur. Kekerasan seksual, pembunuhan massal, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya telah dilaporkan secara luas.

Akses kemanusiaan ke Tigray sangat terbatas, sehingga menyulitkan organisasi bantuan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah serius, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan.

Kesepakatan Damai Pretoria: Secercah Harapan?

Pada November 2022, pemerintah federal Ethiopia dan TPLF menandatangani kesepakatan damai di Pretoria, Afrika Selatan. Kesepakatan ini bertujuan untuk mengakhiri konflik, memulihkan otoritas pemerintah federal di Tigray, dan memberikan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke wilayah tersebut.

Kesepakatan damai ini disambut dengan harapan oleh banyak pihak, termasuk masyarakat internasional. Namun, banyak tantangan yang masih harus diatasi untuk memastikan perdamaian yang berkelanjutan.

Tantangan Menuju Perdamaian Berkelanjutan

  1. Disarmament dan Demobilisasi: Salah satu tantangan utama adalah perlucutan senjata dan demobilisasi pasukan TPLF. Proses ini harus dilakukan secara bertahap dan terkoordinasi untuk menghindari kekosongan kekuasaan yang dapat memicu kekerasan baru. Selain itu, reintegrasi mantan kombatan ke dalam masyarakat juga merupakan tugas yang kompleks dan membutuhkan dukungan yang signifikan.
  2. Keadilan Transisional: Pertanggungjawaban atas kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan selama konflik juga merupakan isu yang sensitif. Mekanisme keadilan transisional yang kredibel dan imparsial harus dibentuk untuk menyelidiki dan mengadili para pelaku, serta memberikan reparasi kepada para korban.
  3. Rekonsiliasi Nasional: Konflik ini telah meninggalkan luka yang dalam di antara berbagai kelompok etnis di Ethiopia. Rekonsiliasi nasional yang sejati membutuhkan dialog inklusif, pengakuan atas penderitaan semua pihak, dan upaya bersama untuk membangun kepercayaan dan saling pengertian.
  4. Akses Kemanusiaan dan Pemulihan: Memastikan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke Tigray dan wilayah yang terkena dampak konflik adalah prioritas utama. Selain itu, upaya pemulihan ekonomi dan sosial harus dilakukan untuk membantu masyarakat membangun kembali kehidupan mereka. Ini termasuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan, serta menciptakan lapangan kerja.
  5. Peran Aktor Eksternal: Negara-negara tetangga, organisasi regional, dan kekuatan global juga memiliki peran penting dalam mendukung proses perdamaian di Ethiopia. Mereka dapat memberikan bantuan keuangan dan teknis, memfasilitasi dialog, dan memantau implementasi kesepakatan damai. Namun, penting untuk memastikan bahwa intervensi eksternal tidak memperburuk ketegangan atau mengganggu kedaulatan Ethiopia.
  6. Isu Wilayah Sengketa: Beberapa wilayah, seperti Wolkait dan Raya, menjadi sumber perselisihan antara pemerintah federal dan TPLF. Status wilayah-wilayah ini harus diselesaikan melalui dialog politik dan referendum yang bebas dan adil, dengan menghormati hak-hak masyarakat setempat.

Gencatan Senjata Semu?

Meskipun kesepakatan damai telah ditandatangani, masih ada kekhawatiran bahwa ini hanyalah gencatan senjata semu. Beberapa faktor yang menimbulkan kekhawatiran ini termasuk:

  • Kurangnya Kepercayaan: Ketidakpercayaan yang mendalam antara pemerintah federal dan TPLF masih menjadi hambatan utama. Kedua belah pihak saling menuduh melanggar kesepakatan damai dan melakukan provokasi.
  • Kehadiran Pasukan Asing: Kehadiran pasukan Eritrea di Tigray juga menjadi sumber ketegangan. Eritrea, yang merupakan sekutu pemerintah federal Ethiopia, telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Tigray. Penarikan pasukan Eritrea dari Tigray merupakan prasyarat penting untuk perdamaian yang berkelanjutan.
  • Kelompok Bersenjata Lain: Selain TPLF, ada juga kelompok bersenjata lain yang beroperasi di Tigray dan wilayah sekitarnya. Kelompok-kelompok ini dapat mengganggu proses perdamaian dan memicu kekerasan baru.

Masa Depan Ethiopia: Antara Perdamaian dan Konflik

Masa depan Ethiopia berada di persimpangan jalan. Kesepakatan damai Pretoria memberikan peluang untuk mengakhiri konflik dan membangun perdamaian yang berkelanjutan. Namun, banyak tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan perdamaian yang sejati.

Jika pemerintah federal dan TPLF dapat membangun kepercayaan, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan, dan memprioritaskan kepentingan rakyat Ethiopia, maka perdamaian yang berkelanjutan dapat dicapai. Namun, jika ketidakpercayaan dan permusuhan terus berlanjut, maka Ethiopia berisiko terjerumus kembali ke dalam konflik yang lebih dalam.

Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab untuk mendukung proses perdamaian di Ethiopia. Bantuan kemanusiaan, mediasi, dan pemantauan hak asasi manusia dapat membantu menciptakan kondisi yang kondusif bagi perdamaian yang berkelanjutan.

Pada akhirnya, masa depan Ethiopia akan ditentukan oleh rakyat Ethiopia sendiri. Mereka harus memilih antara perdamaian dan konflik, antara rekonsiliasi dan permusuhan. Pilihan mereka akan menentukan nasib negara mereka dan wilayah tersebut selama bertahun-tahun yang akan datang. Perdamaian sejati membutuhkan lebih dari sekadar penandatanganan kesepakatan; ia membutuhkan komitmen yang berkelanjutan untuk dialog, rekonsiliasi, dan keadilan. Jika tidak, Ethiopia akan terus bergulat dengan bayang-bayang konflik yang menghantuinya.

Konflik Ethiopia-Tigray: Perdamaian atau Gencatan Senjata Semu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *